Langsung ke konten utama

Mempertanyakan "Kita"

Pagi itu jalanan telah jauh dari kata lengang. Suara gemuruh kuda-kuda besi merongrong jalanan kota kecilku. Pukul 6.45 menit. Tepat aku berhenti di perlimaan kota dari arah selatan. Seperti biasa, kamu keseringan tidak hoki karena biarpun sudah kau pacu motor mu 65 km/jam melesat membelah jalanan, tetap saja traffic light keburu berubah merah 3 detik sebelum kau berhasil mencuri jalan. Sial. Dan kamu pun tertunda 112 detik menuju ke sekolah.

***

Hari ini dia terbangun malas-malas. Baru mandi jam 6.15 pagi kemudian bergegas menyiapkan pelajaran pagi itu juga. pukul 6.40. Dia baru tersadar hari ini ada tes lari dari guru olahraga nya yang bisa dibilang cukup untuk dikatakan terlalu disiplin. Buru-buru dia meraih kunci motornya dan memacu membelah jalanan sambil berkelok-kelok mendahului para pejalan lamban. Counter traffic light berhitung mundur. 5 detik lagi berubah merah. Semakin garang dia memacu motornya untuk mendapatkan sekelumit lampu hijau yang sudah diujung menguning. Berhasil. Dia melesat lurus ke arah sekolah. Menghemat 112 detik membosankan menunggu perlimaan sibuk ini memberinya waktu untuk melaju lagi.

***



Kamu masih takzim menelisik satu per satu kendaraan yang melesat dari timur ke barat. Barangkali ada yang kamu kenal. Kamu, dari berbulan-bulan lalu, berkaca dari pengalaman, sudah hafal bahwa jam segini adalah jam dia melesat terburu menuju sekolah. Bingo ! Seorang lelaki mengenakan seragam olahraga melaju khidmat mengais lampu hijau yang hampir temaram berganti kuning dan memerah. Ah sial lagi. Kamu kehilangan kesempatan untuk parkir di samping motornya. Pasti jam segini orang-orang dari arah barat silih berganti memenuhi parkiran sekolah. menyisakan kamu untuk puas dengan parkir paralel yang beresiko tergores-gores lalu lalang siswa yang pulang duluan nanti. Sudahlah. 112 detik kemudian dengan malas kamu memacu motormu kembali. Pelajaran pertama apasih? kamu membenak. Ah bertambah malas. Fisika.

***

Selesai sudah akhirnya 'perjalanan panjang' hari ini. Hasil tes lari dia hari ini cukup memuaskan. dalam satu putaran kira-kira 1km ditempuh dalam waktu 4 menit 35 detik. Catatan yang tidak mengherankan mengingat dia memang jago olahraga. Apasaja dia bisa. Futsal, basket, renang, hingga olahraga otak seperti catur pun dia bisa. Bukan hal mengehrankan bila dia selalu mendapat nilai tertinggi saat ujian praktek olahraga seperti hari ini. Dengan gontai dia menuruni tangga sekolah menuju parkiran. Dia mendongak ke atas. Barang kali 'kamu' sedang mau turun juga. dari belasan wajah yang sedang bersenda gurau 'di atas' dia tidak menemukan wajah kamu. Kemudian dia dengan datar berjalan menuju parkiran. 30 meter dari tempat berdiri dia, dia melihat kamu sedang berjuang mengeluarkan motor yang terparkir paralel. menunggu yang lain mulai sepi untuk bisa memutar balik arah motor. Dia masih tetap berjalan pelan. Ada secercah keinginan untuk segera sampai ke motor kemudian menyusulnya. Ah tapi apadaya motor dia terlalu terbenam terparkir di agak dalam. sementara kamu sudah tinggal keluar saja. Tanpa terasa meski pikirannya bilang tidak, namun raganya mempercepat jalan. ingin segera menyapa kamu. Dia pura-pura tak acuh sambil menunggu jarak yang 'tepat' untuk sekedar ber-"Hai" pada kamu. 3.. 2.. 1.. "Hei?" . ah sial. kenapa suara dia bergitu parau terdengar. Apakah kamu menyadari kegrogian dalam suaraku? dia mohon tidak. Kamu membalas dengan "Hei" yang sama. dengan tersenyum tipis sambil memutar balik motor. dan kemudian berlalu.

***

Kamu curi-curi pandang melihat spion. Berharap dia akan muncul kecil di sana. Ah lama nian dia. Kamu sudah berusaha memperpelan laju motormu, berharap dia akan bisa menyusul kamu. Ah tapi mana. Duhai lamanya. Akhirnya kamu memutuskan untuk mempercepat 'sedikit' kemudian kamu putuskan untuk melewati jalan yang satunya. Jalan yang biasa dilewati oleh dia. Kamu bisa saja berpura-pura mengisi bensin karena memang pom bensin sejalan dengan jalan ke rumah dia. Yah meskipun bensin kamu benar-benar masih sangat cukup untuk dibilang harus mengisi lagi. Tapi tak apalah. Itupun kalau dia menyusul. Jalanan lurus ini sedikit memberikan kamu ruang untuk mengunggunya. Berjalan 30km per jam bagaikan anak SMP baru belajar motor kemarin sore. Tapi mana ? Oh ibu, dia tak muncul-muncul. Mungkin dia tertahan ngobrol lama dengan teman basketnya. Ah sudahlah. Kemudian kamu memacu motormu cepat-cepat. Tak ada harapan lagi untuk menunggunya. Namun kamu sudah terlanjur melewati jalan memutar ini. Kamu hanya mendengus pasrah.

***

"Tunggu aku ! plis tunggu aku!" sial. Dia mendengus kesal. Motor-motor ini benar-benar menahan dia. Orang totol macam apa yang sudah tau ini parkir paralel tapi di kunci stang. Dia akhirnya menaruh tasnya di motor dan mulai mengangkat 'ekor' motor si pemarkir tolol. Keringat mulai dia rasakan membasahi baju seragam putih abu-abu nya. Akhirnya berhasil juga. Kurang dari 3 menit dia sudah berhasil keluar dari kungkungan parkiran ruwet itu. Meninggalkan hiruk pikuk murid lain yang sedang berjuang keluar. Kemudian dia memacu motor dengan cepat. Berusaha mengejar kamu. Ah pertigaan ini. Pasti kamu belok ke kanan. Dia tau rumah kamu akan lebih dekat dengan menggunakan rute kanan. Tanpa pikir panjang dia berbelok ke kanan dan melaju mencari sosok kamu. "Semoga masih terkejar" dia membenak. Padahal dia sendiri tak tahu kalau sudah terkejar memang mau ngobrol apa ? Ah entahlah penting dia ingin pulang bersamamu walau cuma beberapa menit sebelum berpisah jalan. Tapi mana kamu? Apakah kamu secepat itu ? Bahkan dia hanya telat 3 menit. Waktu yang sangat memungkinka untuk berhasil mengejar kamu. Tapi sampai di perempatan ini, dia sama sekali tidak menangkap meskipun hanya bayangan kamu. Untuk kedua kalinya dia mendengus sebal. Payah.

***

Kamu dan dia masih sama sebalnya. memacu motor tanpa gairah dan terus melaju menuju rumah. Mungkin hari ini tidak seperti hari-hari sebelumnya. Kamu dan Dia yang tanpa harus berjuang tiba-tiba bisa saling susul menyusul dan mengobrol ringan. Membahas sekelumit masalah sepele atau sekedar saling ejek karena klub bola favorit salah satu dari kalian kalah kemarin. Lucu. AKU melihat kalian dengan takzim. Bagaimana 2 manusia yang malu-malu jujur namun saling berjuang dibelakang. AKU tahu nantinya kalian dapat bersatu, namun bukan sekarang saatnya. Namun mungkin AKU akan memberi kalian satu hadiah kecil siang ini. Mengobati dengus kesal kalian berdua. Bertemulah !

***

Kamu menatap tak acuh pada jalanan. Sudah tak ada lagi harapan bertemu dengan dia. Mana mungkin, jalan menuju rumahnya tinggal belok kiri. Jalan terakhir di mana dia dan kamu dapat bertemu kalaupun bisa. Ah tapi mana mungkin, jalan ke kiri tinggal sepelemparan batu dari kamu, dia pun juga tak mungkin melewati jalan itu. Kurang kerjaan saja masak dia mau melewati jalan yang jelas-jelas membuatnya memutar lebih jauh.
Dia sama tak acuhnya pada jalanan. Mulai dari perempatan tadi pupus sudah harapan bertemu kamu. Mana mungkin kamu muncul dari arah berlawanan. Jauh. Ah sudahlah.
10 Meter.
Kamu dan dia masih tetap tak perhatian pada sekeliling.
5 Meter.
Oh Tuhan ! Kalian berdua sama-sama memekik. Dalam keadaan yang masih tercengang kalian berdua melewatkan 3 detik berharga itu dengan saling pandang dengan ekspresi datar tidak percaya.
Kamu ! Dia ! kalian membenak pun serempak. Lucunya.
Namun detik-detik itu berlalu begitu saja karena ketidak tanggapan kalian untuk saling senyum dan menyapa.
barulah 3 detik berikutnya kalian sama-sama memiringkan kepala sambil membenak "Ngapain lewat situ?"
Kalian berdua menahan senyum berbunga-bunga. Kamu menahan senyum sebisa mungkin karena sebentar lagi melewati gerombolan banyak orang yang sedang antri di toko baju favorit di kota ini. Sementara Dia, dengan ekspresi dinginnya tak mampu menyembunyikan semburat merah yang mulai merayap di wajahnya. Kemudian sungging menyabit itu mengiringi laju dia menuju rumah.
Terakhir, sebelum tepat memasuki rumah, kalian kembali membenak, . . .
"Jangan jangan dia.........!!"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The New Blog

Dedicated for My Lovely Brother and Sister

Buat dua kakak ku tercinta : Afif Imaduddin dan Irfani Fithria Ummul Muzayanah ----------------------------------------------------------- Salam dari adekmu, Rossi Rizki Bestari.. Aku tau nggak semua orang beruntung bisa punya kakak laki-laki dan kakak perempuan. di tambah status menjadi adek paling bungsu. Dan menjadi adek kalian adalah suatu anugerah takdir tersendiri yang paling indah. Kira kira "hampir" 18 tahun yang lalu aku hadir dalam keluarga ini. Keluarga yang di ketuai oleh seorang imam yang cerdas dan tangguh beserta wakil ketua seorang wanita shalihah yang perkasa. Kini silsilah pohon kehidupan itu semakin bercabang dan semakin berkembang. Yang mulanya hanya terdiri dari 5 orang anggota inti, sekarang sudah ter'register' 4 anggota inti baru. Dan in sya Allah masih akan ada anggota-anggota inti baru lagi yang akan bergabung di kemudian hari.

Roda Hidup Terus Berputar

" Roda-roda terus berputar... Tanda masih ada hidup..." - Song Liric Ya, roda hidup memang teruslah berputar.. tanda kehidupan kita memanglah masih "hidup".. Melihat definisi "hidup" sendiri, kita bisa mengetahui bahwa hidup adalah suatu dinamika. tidak ada dinamika, tidak hidup.. Hidup itu bukan stagnansi. Hidup itu adalah proses yang berkesinambungan.. Dan proses adalah suatu pergerakan.. Gerakan adalah perpindahan posisi.. Perpindahan posisi berarti perpindahan kedudukan.. Dari titik awal ke titik selanjutnya.. Sebuah petuah dari saya, untuk kita semua.. Termasuk untuk saya sendiri terutama.. Bukan sebagai tindakan "sok menggurui" namun sebagai tindakan "saling berbagi" Untuk yang merasa sedang berada di atas, dan untuk yang merasa sedang berada di bawah.. Ingatlah kata2 kausatif saya di paragraf 1.. bagai mana hidup itu terkait dengan perpindahan dari satu titik ke titik selanjutnya.. Roda berputar bukan berarti kita akan s