Langsung ke konten utama

Anakmu Pulang

11 jam perjalanan menggunakan ular besi ini kutempuh demi berjumpa dengan kota kecilku tercinta yang sekarang sudah menjelma menjadi metropolitan dengan 4 buah mall beterbaran di kisi-kisi kota..
Alhamdulillah sekarang ku sudah berhasil menjejakkan kakiku di tanah Madiun.. Rindu..
Hari masih terlalu dini untuk menyembulkan sang matahari menyinari cakrawala..
Jam 3.15 dini hari..
Aku berjalan menuju pintu keluar Stasiun Madiun dan mencari sosok ayahku tercinta..
Tak ku jumpai beliau hingga beberapa menit kemudian sebuah tangan menggait bawaanku..
Kemudian ku cium tangannya dan ku peluk erat tubuhnya.. Bapak..
Ku ikuti langkah kakinya menuju mobil hitam yang telah terparkir gagah dipinggir jalan..
Sejurus kemudian aku telah sampai di tempat yang paling kurindukan, rumah..
.

Sinar mobil terpantul tak sempurna mengenai kaca jendela yang menembus mushola rumah..
Kulihat sesosok wanita yang kecantikannya tak luntur dimakan usianya yang terus bertambah senja..
Ibu, dengan masih mengenakan mukena putih halusnya keluar dari mushola dan memelukku..
Tersirat dari pandangnya benar-benar menelucuti tubuhku dari atas sampai bawah ke atas lagi..
Dipandanginya wajahku yang masih menyembulkan semburat senyum kerinduan..
Aku sempat menangkap matanya yang setengah berkaca-kaca melihatku akhirnya pulang ke rumah..
Ku peluk sekali lagi ibu ku yang cantik.. kemudian aku berlalu menata barang bawaan di kamarku yang rapi tak berpenghuni..
.
Ibu..
Seketika ku pandangi seraut wajah yang terjaga di sampingku..
seraut wajah cantik yang tak pudar dimakan usia..
Seorang malaikat yang cemerlangnya menyilaukan mata hatiku..
Ku pandangi terus wajah teduhnya yang terus memandang lekat ke arahku..
Sangat kutangkap secercah kerinduan yang terlalu luap membuncah itu..
Kerinduan terhadap anak bungsunya yang telah merantau jauh ke kota megapolitan..
hari ini aku pulang, Ibu..
kebagiaanku tumpah dapat lagi kupeluk ibuku dengan penuh kasih sayang..
Bapak.. Ibu..
Penuh kasih, penuh cinta..
Tak ada yang kurang, bahkan kelebihan tiada takar..
Kemudian ku dengar lekat ibuku kembali shalat tahajud sambil terbatuk-batuk penuh siksa..
Sesekali diakhiri dengan nada parau yang sama sekali tak melegakan tenggorokan..
Ku dengar lagi.. dan lagi.. Kemudian di susul dengan batuk yang tak kalah-tak melegakannya dari Bapak..
Hatiku teriris tersayat..
bukan sepenuhnya karena ibuku sedang tidak fit akibat cuaca Madiun yang tak menentu ini..
Namun aku tiba-tiba tersadar..
Kedua sayapku kini telah rapuh..
Tak lagi kokoh merengkuh tubuh mungilku seperti dulu..
Usia mereka semakin senja, usia ku semakin matang dewasa..
Kini waktunya aku yang harus membalas segala kebaikan mereka.. Dulu.. aku diantar-jemput kemanapun.. segala inginku selalu berusaha dipenuhi kedua orang tuaku,kedua sayapku, yang selama ini menerbangkan doa-doa khusyuk ku ke Arsy-Nya..
Dua sayap yang telah mampu menerbangkanku hingga ku mampu menggenggam dunia dengan keringat dan doa..
Namun kerapuhan usia mereka bukan berarti merapuhkan kemampuan kedua sayapku untuk senantiasa membantuku menerbangkan doa-doaku..
Justru aku belajar banyak dari mereka..

Ibu pernah berpesan :

"Letakkan harta di tanganmu, jangan di hatimu.. Sujudkan pula harta dan duniamu agar tidak pernah menguasai hatimu..
Sesungguhnya harta itu letaknya dalam genggamanmu bukan pada hatimu..
Apabila harta itu engkau letakkan di tanganmu, engkau akan ringan hati membelanjakan di jalan-Nya..
Tetapi apabila harta itu engkau simpan di hatimu, sedikit saja berkurang akan menggelisahkan dirimu sehingga harta yang akan mendekati, akan berlari sejauhnya"



Ibuku.. Bapakku..
Kini mereka sudah tidak semuda dulu.. tidak sekuat dulu..
Aku harus memahami.. aku harus memaklumi..
Terkadang aku semakin tersayat ketika sekarang bapak mulai kurang perhatian ketika di ajak bicara..
Mulai gampang emosi karena sering salah tangkap akibat kurang mendengar sepenuhnya yang ku katakan..
Belakangan Bapak jadi irit bicara.. ku kira karena ada suatu masalah.. ternyata sariawan --"
Awalnya aku terbawa perasaan.. namun sekarang aku paham.. aku harus memahami mereka berdua..
Telah cukup diriku sebagai anak acapkali tak tahu diri dan menyusahkan sekali..
Terlalu banyak ulahku yang membuat mereka menarik napas panjang dan berusaha menahan amarah..
Kini aku harus memahami mereka..
Air mataku semakin mengucur deras tatkala aku mengenang masa kecilku..
Ku di gendong.. di suapi sarapan.. di antar sekolah.. dijemput panas-panas dan terkadang aku tidak langsung siap di depan sekolah dan masih berbelit-belit..
Saat aku SMA, aku bangun.. hanya memikirkan prosesiku siap-siap bersekolah.. sementara Bapak tanpa ku minta telah menyiapkan motorku di depan garasi, dan tak lupa membuatnya selalu kinclong dengan full bensin..
terkadang pun ketika aku kesiangan, Bapak langsung mengambilkan sarapan dan menyuapiku sembari aku bersiap-siap dengan penuh tergesa-gesa.. "Cantik.. hayoo karo sarapan" begitu biasanya..

Ibu pun juga.. tak pernah ibu ku belum bangun ketika aku telah bangun pagi.. walaupun sepagi apapun ku bangun, tetap ibu selalu telah terbangun duluan..
Jam 6 tepat segala makanan selalu siap tersaji.. Makanan sayuran, lauk pauk, lengkap dengan nasi..
Dulu, ada Mbak Fitri yang selalu ada membantu keluarga kami.. hingga aku tak ingin Mbak Fitri pergi dari rumah.. Mbak Fitri sudah ada dari mulai aku se-bahunya, hingga dia jadi se-bahuku..
Demi Mbak Fitri tidak pergi, Ibu menyekolahkan Mbak Fitri di SMK dan mengkuliahkannya di Poltek Madiun..
Kini, Mbak Fitri sudah lulus.. aku juga sudah lulus SMA.. Mbak Fitri pamit akan ikut kakaknya ke Lampung.. Begitupun aku pamit akan merantau ke Depok..

Sekembaliku, rumah begitu senyap..
 Tak ada lagi yang membantu bapak dan ibu.. segala urusan rumah dikerjakan mereka berdua.. Ibu mencuci, bapak setrika.. Ibu menyapu rumah dalam, bapak menyapu halaman luar..
Hingga aku kadang tak tega melihat mereka beres-beres rumah sendirian.. Air mataku menetes pelan.. ku seka secepatnya dan ku ambil alih apapun yang sedang mereka lakukan.. menyapu.. mencuci.. menjemur.. aku tak keberatan melakukan semuanya asal kedua orang tuaku tak kecapean..
aku pun telah terbiasa melakukan semuanya sendirian.. anak Kost.. yaudalaya
.
Kemudian Bapak bilang :
"Dulu, anak raja itu di didik.. di suruh nyapu.. ngepel. nyuci sendiri.. di suruh ke pesantren di ajari kyai.. biar apa? biar kalo nanti dia menggantikan jadi raja, dia tau bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar.. kalo pembantunya salah teknik mengepel bisa membenarkan.. Jadi nggak selamanya anak raja itu selalu di manja.. kamu boleh menikmati dunia.. boleh beli beli.. bapak ibu sanggup.. tapi harus di ingat, jangan terlalu memanjakan diri.. rasakan susahnya, dinikmati jadi anak kos.. nyapu sendiri, ngepel sendiri, cuci sendiri, masak sendiri.. itu pembelajaran.."
.
Sekali lagi aku tersadar.. Aku harus melakukan sesuatu yang lebih..
Waktu tak selamanya tersisa berlimpah..
Aku anak bungsu.. aku amanah terakhir yang diberikan Allah kepada mereka..
Aku harus jadi anak yang mampu membanggakan dan membahagiakan mereka melebihi kakak-kakak ku membahagiakan mereka..
Berkali-kali ku merengek meminta ibu ku pindah saja ke Depok.. namun lagi-lagi selalu dengan alasan yang sama : masih banyak tanggung jawab yang harus di urus di sini.. bukan masalah pekerjaan..
Bahkan uang pensiunan bapak tak pernah di ambil.. gaji ibu pun juga jarang di ambil.. malas antri katanya..
Tapi mereka sedang menikmati menjadi pengusaha..
Yang unik adalah.. mereka bukan orang yang melulu profit oriented.. niat mereka hanya satu :

"Bermanfaat bagi orang lain.. membuat lapangan pekerjaan yang mampu menghidupi pegawainya dengan layak sehingga mereka dapat menghidupi keluarga mereka dengan layak pula.."

Pendirian usaha pun di namai dengan UD.NS alias Usaha Dagang Nikmatnya Sedekah..
Aku selalu berkaca kepada mereka.. tak pernah mereka sekalipun berlaku pelit kalau soal harta.. bahkan tak jarang ku tahu mereka menghabiskan berjuta-juta menjelang lebaran untuk membagi sembako dan mukena.. atau membagi alat tulis menjelang tahun ajaran baru..
Ya Allah jadikan aku seperti mereka.. doaku dalam hati..

Bapak selalu mengajarkan :
"Orang Islam harus bisa menggenggam dunia.. namun dengan keringat dan doa.. Bapak Ibu bisa kayak gini , dan adek tau dulu Bapak sama Ibu kehidupannya sesusah apa.. se-mlarat apa.. tapi kucinya, harus bisa hemat, menekan nafsu.. Makanya kamu dari kecil mesti dibilangi Ibu biar nggak sering-sering ke Mall.. karena ibu nggak mau mendidik anak jadi senang belanja di mall..
Kalo bisa, adek tiap hari harus ngaji.. meski cuma selembar ato 1 rukuk, pokoknya ngaji.. karena setelah tak rasa-rasakan, ngaji.. sholat dhuha.. tahajud.. selalu ada kekuatan tak terlihat seng mesti enek ae ketika dibutuhkan.. entah kebetulan ada apa.. ada bantuan di saat yang tepat.. semua itu karena kehendak-Nya..
Disiplin.. harus bisa manajemen waktu.. Sekarang di sana wes jauh sama Bapak Ibu, Bapak Ibu gabisa ngontrol lagi.. kamu yang harus bisa jaga diri dan mandiri.. Kuliah di utamakan.."

Entahlah.. terkadang Bapak selalu menjadi oase di tengah gurun.. ketika tiba-tiba kami sedang berdua dan benar-benar quality time.. Bapak selalu menjadi penunjuk jalan bagaimana aku harus melangkah kedepannya.. dan Ibu adalah lentera yang selalu menerangi perjalananku..

Bapak.. Ibu.. doakan terus anak-anakmu..
Semoga kami dapat menjadi apa yang kalian inginkan..
Semoga kami dapat menjadi anak yang sholeh-sholeha..
Kami selalu berdoa untuk kesehatan Bapak Ibu..
Panjang umur, sehat selalu, dan selalu dimudahkan dalam segala urusan dan usahanya..
Karena ku selalu ingin memeluk Bapak Ibu dalam kebahagiaan..

I Love You..
More than words that i can say..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The New Blog

Dedicated for My Lovely Brother and Sister

Buat dua kakak ku tercinta : Afif Imaduddin dan Irfani Fithria Ummul Muzayanah ----------------------------------------------------------- Salam dari adekmu, Rossi Rizki Bestari.. Aku tau nggak semua orang beruntung bisa punya kakak laki-laki dan kakak perempuan. di tambah status menjadi adek paling bungsu. Dan menjadi adek kalian adalah suatu anugerah takdir tersendiri yang paling indah. Kira kira "hampir" 18 tahun yang lalu aku hadir dalam keluarga ini. Keluarga yang di ketuai oleh seorang imam yang cerdas dan tangguh beserta wakil ketua seorang wanita shalihah yang perkasa. Kini silsilah pohon kehidupan itu semakin bercabang dan semakin berkembang. Yang mulanya hanya terdiri dari 5 orang anggota inti, sekarang sudah ter'register' 4 anggota inti baru. Dan in sya Allah masih akan ada anggota-anggota inti baru lagi yang akan bergabung di kemudian hari.

Roda Hidup Terus Berputar

" Roda-roda terus berputar... Tanda masih ada hidup..." - Song Liric Ya, roda hidup memang teruslah berputar.. tanda kehidupan kita memanglah masih "hidup".. Melihat definisi "hidup" sendiri, kita bisa mengetahui bahwa hidup adalah suatu dinamika. tidak ada dinamika, tidak hidup.. Hidup itu bukan stagnansi. Hidup itu adalah proses yang berkesinambungan.. Dan proses adalah suatu pergerakan.. Gerakan adalah perpindahan posisi.. Perpindahan posisi berarti perpindahan kedudukan.. Dari titik awal ke titik selanjutnya.. Sebuah petuah dari saya, untuk kita semua.. Termasuk untuk saya sendiri terutama.. Bukan sebagai tindakan "sok menggurui" namun sebagai tindakan "saling berbagi" Untuk yang merasa sedang berada di atas, dan untuk yang merasa sedang berada di bawah.. Ingatlah kata2 kausatif saya di paragraf 1.. bagai mana hidup itu terkait dengan perpindahan dari satu titik ke titik selanjutnya.. Roda berputar bukan berarti kita akan s